Jumat, 28 Desember 2007

Situasi Terakhir Banjir Solo, 28 Desember 2007

(Yayasan Lestari Indonesia, PusatStudy Masyarakat [PSM] Yogyakarta,Gerakan Jogja Bangkit [GJB], ForumSuara Korban - Yogyakarta)

Tanggal, 28 Desember 2007
Situasi Terakhir Banjir Solo

Situasi terakhir banjir di Solo adalahnaiknya debit air di sungai disebabkanluapan dari kali kota dan air hujanyang pada saat ini mengguyur kotasolo, sedangkan pada jam 09.00 wibdebit air semakin naik dan banjirsemakin meluas, sehingga banyk rumahyang terendam banjir sekitar 1,5 m,maka semua warga yang rumahnyaterendam air di ungsingkan ke stadionmanahan solo dan halaman kantorWalikota, pada situasi terakhir jam19.00 wib, debit air semakin naikkarena di tanggul pintu kali yang adadi wonogiri telah dibuka 3 pintusehingga debit air yang ada di kalisemakin naik, semua warga yang menjadikorban banjir saat ini sudah diungsikan semua.

Solo, 28 Desember 2007
Posko

Amalul Madih

Kronologi Banjir di Solo, 27 Desember 2007

(Yayasan Lestari Indonesia, Pusat Study Masyarakat [PSM] Yogyakarta,
Gerakan Jogja Bangkit [GJB], Forum Suara Korban - Yogyakarta)

Kronologi Banjir di Solo
27 Desember 2007

Pada tanggal 25 Desember 2007 di sekitar solo telah terjadi hujan lebat sehingga air dari bengawan Solo meluap dalam waktu yang sangat singkat pada tanggal 26 Desember 2007 antara jam 04.00 – 07.00 wib luapan air dari bengawan solo semakin tinggi sekitar kurang lebih 4 m di sepanjang bantaran bengawan solo sehingga rumah yang berada di bantaran bengawan tersebut ketinggiannya sampai 4 m sedangkan banjir yang masuk ke rumah perkampungan di seberang bengawan ketinggiannya rata-rata 1,5 m di seluruh kecamatan Jebres dan kecamatan pasar kliwon.

Desa tersebut antara lain di kecamatan Jebres adalah Desa Jagalan, Kampung Sewu, dan di kecamatan pasar kliwon adalah desa Sangkrah dan Joyontakan Sedangkan korban banjir tersebut rata-rata tidak mau mengungsi dan lebih memilih buka tenda seadanya di sekitaran tanggul.

Kondisi rumah di perkampungan tidak begitu parah sedangkan rumah yang di tepi bantaran bengawan solo rata-rata rusak ringan dan banyak perabotan rumah yang hilang dan rusak akibat terseret banjir.

Bantuan untuk korban banjir sebagian besar baru peseoarang aja, sedangkan pihak pemerintah setempat terutama satkorlak hanya baru sebatas membantu evakuasi korban banjir, akan tetapi warga korban banyak yang tidak mau diungsingkan, warga tetap memilih tetap di rumah sambil mengawasi perabotan yang ada di dalam rumah.

Kondisi anak banyak yang terkena penyakit gatal-gatal karena disebabkan anak-anak dan para perempuan banyak yang mandi pakai air banjir, maka kebutuhan yang sangat mendesak adalah memeriksa kesehatan anak-anak yang diakibatkan pasca banjir.

Sampai saat ini belum ada tindakan kongkrit dari instansi setempat, baru sebatas membersihkan jalan dan fasilitas umum serta baru pendataan di tiap-tiap posko yang ada di kelurahan masing-masing.

Banjir saat ini sudah surut sejak jam 10.00 wib pagi tadi dan warga sudah mulai beraktivitas membersikan rumahnya masing-masing dan disetiap RW sudah ada dapur umum.

Lokasi banjir antara lain di Desa Sangkrah, Joyontakan, Jagalan, Kampungsewu desa tersebut letaknya di kecamatan Jebres dan Pasar kliwon.

Solo, 27 Desember 2007

Posko
Amalul Madih

Selasa, 25 Desember 2007

Yogyakarta – Central Java Community Assistance Program

Yogyakarta – Central Java Community Assistance Program

Yogyakarta – Central Java Community Assistance Program

LAPORAN PROGRAM
QUICK IMPACK LIVELIHOOD
Pusat Study Masyarakat (PSM) Yogyakarta - CBAP – RHK- AIP
Desa Gondangan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten


Capaian Akhir Program
Capaian dari kegiatan program QIL ini adalah pemulihan ekonomi bagi usaha kecil masyarakat desa Gondangan secara cepat pasca gempa, agar masyarakat penerima manfaat tersebut bisa memulihkan kembali kegiatan ekonomi yang selama ini dilakukan sebelum gempa bumi. Keadaan masyarakat desa Gondangan yang rata-rata mata pencaharian masyarakatnya adalah produksi makanan ringan. Usaha yang dilakukan oleh kelompok masyarakat ini merupakan usaha perseorangan yang sudah berjalan puluhan tahun dan turun temurun. Sebagian besar masyarakat desa Gondangan bergerak dalam usaha produksi makanan ringan. Sampai saat ini, sentra usaha kecil makanan ringan ini menjadi usaha tetap kelompok ini untuk menopang kehidupan keluarga, sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat Gondangan, karena itu, di kecamatan Jogonalan tersebut dikenal sebagai Sentra Industri Kecil mandiri dengan model pengelolaan usaha yang terwadai dalam koperasi simpan pinjam untuk membantu para anggota dalam permodalan dan peningkatan produksi. Usaha yang dilakukan oleh penerima manfaat saat ini hanya bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saja, karena hasil produksi yang dilakukan setelah gempa banyak menurun, sedangkan banyak kebutuhan lain yang harus di utamakan yaitu membangun rumahnya yang rusak akibat gempa. Dengan adanya program QIL atau rehabilitasi mata pencaharian pasca gempa dengan memberikan bantuan permodalan dan peralatan bagi usaha kecil masyarakat sebagai pengganti peralatan usaha yang rusak/hancur akibat gempa bumi diharapkan semaksimal mungkin mampu memulihkan usahanya seperti semula agar dalam kegiatan usaha tersebut dapat berkembang dan mampu meningkatkan pendapatan keluarga dan daya beli masyarakat serta membuka lapangan kerja bagi masyarakat Gondangan.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada program QIL tersebut adalah lebih pada penguatan kapasitas organisasi koperasi dan anggotanya dalam manajemen internal organisasi serta manajemen pemasarannya agar dalam memasarkan hasil produksinya ada kesamaan harga yang sudah ditentukan oleh koperasi berdasarkan kesepakatan seluruh anggota koperasi, supaya tidak terjadi persaingan harga di -
sesama anggota koperasi tersebut. Adapun penerima manfaat yang menjadi anggota koperasi adalah sebanyak 45 orang, sedangkan 11 penerima manfaat yang lainnya akan didorong menjadi anggota koperasi. Kelompok usaha masyarakat yang tergabung dalam anggota koperasi Guna Darma ini didampingi oleh fasilitator lapangan PSM membuat mekanisme distribusi bantuan sampai acara pembagian dana bantuan yang dilaksanakan pada tanggal 28 Agustus 2007 yang ditempatkan di halaman rumah Bapak Sujianto selaku ketua koperasi Guna Darma, Dukuh Gondangan, RT. 02/08 Gondangan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten.
Dalam pendistribusian bantuan permodalan dan peralatan, masing-masing penerima manfaat menerima bantuan secara langsung berdasarkan kebutuhan yang telah diajukan oleh masing-masing penerima bantuan yang berupa bahan baku seperti beras, minyak sawit, tepung tapioka, gandum semar dan lainnya, karena atas kesepakatan seluruh angota koperasi yang disaksikan oleh fasilitator lapangan PSM dalam rapat membuat mekanisme distribusi bantuan tersebut dan dipercayakan pada pengurus koperasi sebagai perwakilan anggota dan di dampingi oleh fasilitator PSM untuk membantu membelanjakan kebutuhan bahan baku untuk produksi yang telah diajukan dalam proposal. Maka pembagian bantuan tersebut berupa bahan baku untuk produksi sedangkan diluar bahan baku dalam hal ini adalah peralatan disarankan untuk membelanjakan sendiri pada setiap penerima bantuan yang telah mengajukan peralatan untuk produksi, agar memudahkan administratif laporan serta pengumpulan nota/ kwitansi pembelanjaan yang dilakukan oleh koperasi yang sesuai dengan harga satuan dan jumlah kebutuhan barang berdasarkan pengajuannya dan dibantu oleh fasilitator lapangan PSM dalam kurun waktu dua minggu sekaligus melakukan monitoring kepada penerima manfaat atas pembelanjaan barang kebutuhan usaha yang telah mereka ajukan. Dengan inisiatif penerima manfaat yang menjadi anggota koperasi dan dikoordinir oleh koperasi semua laporan pembelanjaan dikumpulkan di pengurus koperasi. Untuk menindaklanjuti program bantuan tersebut seluruh warga penerima manfaat yang menjadi anggota koperasi akan kita dorong untuk penguatan kapasitas produksi pada masing-masing anggota dan atau penerima bantuan serta penguatan manajerial organisasi koperasinya.


a. Faktor pendukung keberhasilan program tersebut adalah keterlibatan kelompok usaha masyarakat yang tergabung dalam koperasi dalam memberikan informasi berupa data anggota koperasi dan mempunyai usaha kecil yang sama yaitu industri kecil makanan ringan yang benar-benar membutuhkan modal yang berupa peralatan usaha dan bahan baku serta jelas usahanya, agar bantuan dana –
sebagai pengganti peralatan usaha tepat sasaran. Data dan informasi penerima manfaat tersebut didapat dari petugas lapangan PSM pada saat distribusi terpal di desa Gondangan, Kecamatan Jogonalan dan petugas lapangan PSM sekaligus melakukan assesment potensi ekonomi masyarakat. Program QIL sebagai tindaklanjut dari program distribusi terpal, maka PSM menindaklanjuti dari data anggota koperasi yang mempunyai usaha kecil dan melakukan wawancara secara langsung kepada tiap penerima manfaat yang menjadi target penerima bantuan serta melihat jenis usaha yang selama ini dilakukan serta keadaan ekonomi keluarganya.


b. Kendala-kendala program tersebut adalah :
1. Pendataan warga penerima bantuan yang bukan anggota koperasi dan mempunyai usaha kecil makanan ringan yang terlewatkan sangat rentan terjadi kecemburuan di masyarakat.
2. Pengajuan kebutuhan masing-masing penerima bantuan awal pendataan pada bulan Maret 2007 banyak mengalami perubahan data penerima. Pada saat pertemuan pertama dengan seluruh penerima anggota koperasi guna darma update data penerima bantuan banyak yang berubah, dikarenakan ada beberapa penerima sudah tidak beralamatkan di desa gondangan.
3. Dalam pertemuan yang kedua warga penerima bantuan, pengajuan nama pengganti penerima bantuan yang sudah tidak beralamatkan di Gondangan diusulkan atas kesepakatan bersama antara anggota koperasi dan PSM.
4. Perubahan pengajuan kebutuhan pada masing-masing penerima bantuan pada awal pendataan banyak mengalami perubahan, karena penerima bantuan sebagian besar sudah tidak membutuhkan peralatan produksi, maka dalam pertemuan yang ketiga dengan warga penerima bantuan masing-masing penerima mengusulkan kebutuhannya dari pengajuan peralatan diganti dengan bahan baku untuk produksi yang sesuai dengan jumlah nominal yang telah diajukan diproposal pertama kali agar tidak merubah jumlah nominal yang sudah disepakai antara PSM dengan Ausaid.

c. Cara-cara mencegah kendala-kendala tersebut adalah :
1. Memberikan penjelasan kepada warga yang tidak mendapatkan bantuan ini dilakukan oleh petugas assesment di lapangan, karena dalam pendataan di lapangan mengenai program bantuan tersebut adalah memakai koperasi guna darma yang akan kita ajukan, serta meminimalisir konflik warga dengan perangkat desa atau warga dengan anggota koperasi, atas dasar itu PSM memilih koperasi guna darma, karena sebagian besar anggota koperasi banyak – rumahnya rusak dan membutuhkan bantuan permodalan agar usahanya bisa berjalan seperti semula pada waktu sebelum gempa.

2. Meminimalisir potongan-potongan yang dilakukan oleh perangkat desa atau oknum lain terhadap penerima manfaat dengan membuat surat peryataan bermaterai Rp. 6000,- yang di tanda tangani oleh Direktur PSM dan penerima bantuan sebagai bukti surat tanda terima bantuan yang sesuai dengan jumlah pengajuan penerima manfaat.
Manajemen dan Penggunaan Sumber Dana
Pengelolaan pembagian dana bantuan kepada para penerima manfaat diberikan langsung secara penuh yang sudah dibelanjakan oleh pengurus koperasi berupa minyak sawit, beras, tepung tapioka, gandum semar dan lainnya bagi masing-masing penerima yang telah mengajukan bantuan bahan baku, serta pembagian sisa dana bantuan yang belum dibelanjakan seperti pengajuan peralatan usaha tersebut dihitung kembali berdasarkan jumlah pengajuan peralatan pada masing-masing penerima manfaat dan disaksikan oleh fasilitator, ketua koperasi dan masyarakat penerima bantuan yang lainnya dengan disertai tanda bukti bermaterai serah terima bantuan. Adapun jumlah bantuan yang telah diajukan oleh koperasi Guna Darma untuk 56 orang penerima bantuan dengan total jumlah Rp. 107.354.000,00.
Sedangkan dalam mekanisme pembelanjaan bantuan langsung dikoordinir oleh pengurus koperasi yang didampingi oleh PSM, dalam penggunaan dana untuk pembelanjaan kebutuhan masing-masing penerima bantuan dapat dipertanggungjawabkan oleh semua pengurus koperasi guna darma dan PSM sebagai pendamping secara transparasi kepada semua anggota koperasi dan penerima bantuan dalam rapat evaluasi bersama penerima bantuan dan laporan pembelanjaan yang telah dibelanjakan oleh koperasi dan laporan nota /kwitansi pembelanjaan penerima bantuan pada PSM pasca pendistribusian bantuan, sehingga apa yang menjadi target program dapat tercapai sesuai dengan realisasinya.

Hasil Pembelajaran dari Program yang telah dijalankan
a. Dari program QIL kedua yang telah kita jalankan di desa Gondangan, Kecamatan Jogonalan menurut kami selaku mitra dalam menjalankan program sangat maksimal, karena kelompok usaha masyarakat yang tergabung dalam koperasi Guna Darma sangat berpengalaman dalam pendistribusian bantuan peralatan untuk usaha kecil, karena koperasi guna darma terbentuk sudah – cukup lama tahun 2002, pengalaman pertama bantuan untuk koperasi guna darma adalah bantuan permodalan dari Dinas Pertanian Klaten pada awal pembentukan koperasi, sedangkan bantuan yang kedua adalah dari Disperindagkop Klaten, dengan bantuan peralatan usaha untuk produksi pada saat sebelum gempa bumi 27 Mei 2007 yang melanda Yogyakarta dan Jateng. Maka dari itu PSM selaku pendamping dipercaya untuk mengajukan program Quick Impact Livelihood (QIL) yang kedua yang bermitra dengan Australia Indonesia Partnership (AIP) dengan mengajukan kelompok industri masyarakat yaitu koperasi Guna Darma, yang bergerak pada usaha kecil makanan ringan di desa Gondangan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten. Maka kedepannya dari program QIL yang sudah dijalankan dan mencapai target yang cukup baik, sehingga dari hasil pembelajaran program QIL ini di internal lembaga PSM sebagai pengalaman internal dalam menjalankan program-program keberlanjutan.

b. Rencana pengembangan program di desa Gondangan, Kecamatan Jogonalan, Kab. Klaten untuk kedepan adalah memaksimalkan koperasi sebagai ruang membangun ekonomi mandiri bagi usaha kecil dan khususnya penguatan ekonomi masyarakat Desa Gondangan agar dapat membuka lapangan kerja yang lebih luas di kabupaten klaten.

IV. REKOMENDASI
1. Pelatihan Penguatan Kapasitas Manajemen Organisasi Koperasi Guna Darma.
2. Penguatan Kapasitas Produksi bagi usaha kecil di desa Gondangan yang terwadai dalam koperasi mengenai pelatihan manajemen produski, manajemen pemasaran, standarisasi kesehatan makanan untuk usaha kecil.





Yogyakarta, 6 Desember 2007


Amalul Madih
Program Officer

Serahkan Bangsa ini , di tangan Pemuda !!!

“Untuk apa melahirkan sekian ratus Sarjana, jikalau nantinya toh akan menindas rakyat miskin dan tak berdaya” demikianlah ungkapan yang sempat dilontarkan seorang rohaniawan Romo Mangun Wijaya Pr, yang secara tegas menyatakan bahwa hari ini ternyata dunia pendidikan belum mampu menyelesaikan problem-problem sosial yang sedang berkemelut ditengah-tengah realita masyarakatnya. Jika kita hendak mengamati secara Implisit sejarah lahirnya institusi pendidikan di Indonesia yang diawali pada tahun 1900, berbarengan dengan jalannya Ethiek Politiek (baca: Politik Etis) atau yang lebih familiar dan kita kenal sewaktu mempelajari sejarah di SD, SMP,& SMU sebagai Politik Balas Budi [1], yang secara fundamental membuat 3 kebijakan dalam hal: Edukasi, Irigasi dan Emigrasi.
Ketiga hal tersebut oleh pemerintahan kolonial dijadikan sebagai ruang legitimasi untuk tetap mempertahankan ekspansi ekonominya secara membabi-buta. Selaku mahasiswa yang sering disebut dengan agent of change, sudah selayaknya kita mengerti dan dapat menguraikan tentang peran kebijakan dibidang Edukasi tanpa harus meninggalkan dua kebijakan di belakangnya yang sangat mempunyai keterkaitan.
Hal pertama yang ingin coba saya paparkan adalah bahwa kebijakan di ruang Edukasi ternyata sangat mempunyai otoritas yang cukup dominan dalam membangun konstruksi berpikir masyarakat Indonesia ke depan, di Era kolonial kita mengenal adanya cultuurstellsel yang di dalamnya terdapat suatu bentuk Eksploitasi yang dijalankan bersama antara Pemerintahan Kolonial selaku pemilik modal dan Tuan Tanah selaku komprador (baca:pengkhianat) / pemegang otoritas lahan produksi dalam suatu daerah. Sasaran utama atas monopoli ekonomi adalah rempah-rempah dan kekuasaan daerah jajahan, maka dalam hal ini untuk meningkatkan efisiensi eksploitasi pada daerah jajahan didatangkan berbagai macam mesin di antaranya adalah Kereta Api, yang seiring pula dengan meletusnya Revolusi Industri di Inggris. Ternyata kerakusan kaum kolonial tidak hanya sampai pada monopoli perdagangan dan kekuasaan jajahan, namun penghancuran sendi-sendi berpikir masyarakat dengan memberikan ruang pendidikan pada para anak Bangsawan dan Priyayi, agar tradisi Feodalisme yang selama ini menguntungkan pihak Kolonial tidak akan lenyap.
Sarana yang diberikan pada anak-anak Priyayi, dalam hal pendidikan ternyata tidak lebih hanya menghasilkan tenaga operasional / administratif dalam menjalankan mesin-mesin yang digunakan pemerintah kolonial untuk meningkatkan efisiensi monopoli ekonominya, namun Infrastruktur yang mengatur tetap Pemerintah VOC. Maka seiring dengan penindasan yang terjadi di tubuh kaum terdidik pri-bumi/anak bangsa, beberapa dari mereka menyatakan untuk melakukan perlawanan dilandasi semangat Nasionalisme yang begitu kuat seperti : Tirto Adi Suryo, Mas Marcokartodikromo, Kartini, Ki Hajar Dewantara, Soekarno dan Tan Malaka. Mereka sadar karena telah menjadi korban praktek pendidikan kolonial untuk semakin mempersempit ruang kesadaran masyarakat terhadap makna kemerdekaan 100%.
***
Konteks intelektual, yang mana dia sadar pada proses penindasan dan melakukan pembebasan melalui basis kemampuan Intelektualnya dengan ruh atas jiwa Nasionalisme yaitu, berdaulat secara utuh terhadap ruang Ekonomi dan Politik demi kemerdekaan yang telah tercerabut oleh kekuatan dominatif Imperalisme, yang oleh seorang Neo-Marxis asal Italia “Antonio Gramsci” dinamakan Intelektual Organik [2]. Bentuk perlawanan yang diberikan kaum terdidik Pri-Bumi ter-akumulasi dalam pola Pergerakan, yang dalam kamus besar bahasa Indonesia ialah “Perubahan” yaitu dengan membuat Novel, Puisi, Pemboikotan Pabrik dan mendirikan Sekolah Rakyat.
Paradigma pendidikan yang di Era kolonial memakai orang-orang Pribumi sebagai tenaga operasional dan administratif VOC, ternyata hari ini mengalami semacam proses Reinkarnasi, yaitu Institusi pendidikan ditingkat pusat maupun daerah melalui Otonomi Daerahnya semakin menampakkan taring komersialisasi yang secara hakekatnya ialah Etos kapitalisme melalui sistem Edukasi. Tercerabutnya mental dan semangat dalam membangun bangsa ini ternyata banyak mendapat warna dari kekuasaan pemimpinnya, jika kita tengok pasca hengkangnya kolonialisme di Indonesia, yang menyisakan banyak semangat perlawanan untuk memerdekakan Nusantara. Ternyata angin Demokrasi yang didambakan setiap kepala manusia Indonesia tidak terwujud, situasi obyektif yaitu di Era soekarno memakai paradigma politik sebagai panglima untuk membangun bangsa ini, namun ternyata kandas oleh kekuasaan tunggalnya selaku panglima besar Revolusi Indonesia dengan sistem Demokrasi Terpimpin-nya. Masa transisi demokrasi yang dibarengi dengan meletusnya peristiwa Gerakan 30 September yang sampai hari ini masih menjadi sejarah kejahatan HAM di tanah Nusantara dan proses cuci otak masyarakat Indonesia akan isu Komunisme yang sarat dengan tindakan anarki serta tidak ber-Tuhan. Tirani / kekuasaan yang dipimpin oleh Soeharto pasca penurunan Soekarno melalui SUPER SEMAR (Surat Perintah Sebelas Maret) di tahun 1966, menggunakan kiblat Ekonomi sebagai Panglima dengan nuansa Developmentalisme atau Pembangunan-isme [3].
Gelombang perubahan akan nasib bangsa ini ternyata masih terseok-seok, ketika presiden Soekarno sangat menentang habis Imperalisme dalam wujud bantuan Internasional, namun saat kepemimpinan di pegang oleh Soeharto liberalisasi ekonomi tahap ke-2 memulai bentuknya, yang dengan kasat mata dinamakan sebagai Orde gagah-gagahan melalui sekian proyek mercusuar-nya yang tidak signifikan. Melalui putaran Tokyo tahun 1966 (Tokyo Around) , yang darinya Indonesia mendapat kebaikan negara-negara maju untuk menjadwal ulang hutang-hutang yang diwariskan Orde Lama, adalah penjualan Tanah Air Indonesia sebagai jaminan utang Orde Baru. Keterlibatan Indonesia dengan Internasional dalam rantai pertukaran timpang (unequal exchange) dimulai dari sini, dikenal sebagai Peraturan Oktober, yang dilandasi oleh kerakusan sekaligus kebodohan para penguasa, lagi-lagi punggung rakyat Indonesia kembali ditimpa kemiskinan akibat Kapitalisme Internasional. Dengan pembangunan Taman Mini Indonesia Indah, oleh ibu Tien Soeharto. Mahasiswa menolak keras sebab, masyarakat tidak perlu pembangunan berlebihan namun lebih mementingkan makan hari ini. Ditandai lahirnya Tri-Tura (Tiga Tuntutan Rakyat) sebagai ekspresi kekecewaan masyarakat yang diwakili oleh massa mahasiswa, dikenal sebagai peristiwa MALARI (Malapetaka 15 Januari) dengan penggebukan beberapa aktivis dan pendudukan kampus oleh Tentara.
Pasca demontrasi yang dilancarkan, praktis semua kegiatan kampus yang berbau politis dan mengganggu stabilitas Nasional, diberangus melalui Paket NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus dan Badan Koordinasi Kampus). Yang mana produk hukum ini membelenggu berbagai ekspresi yang keluar dari mahasiswa ditambah pula kondisi sosial masyarakat yang menggambang atas ruang Ideologi dan Politik (Floating Mass) , sampai akhirnya banyak yang melakukan pola perlawanan dari dalam kampus dengan membentuk Pers-Ma, Kelompok-Kelompok Diskusi, LSM dsb, atas dasar kekecewaan pada situasi Nasional.
Yang sampai 1998 mendapatkan angin segar dan kembali turun kejalan, untuk menumbangkan tirani Kang mas Soeharto selaku Tonggak Stabilitas Nasional , yang sangat mempunyai watak dan karakter Otoritarianisme Birokratik. Namun yang sangat ingin saya jadikan pegangan dalam menilai Character National Building atau Bangunan Nasionalisme yang dimiliki oleh generasi terdahulu, dengan semangat sebagai tenaga terdidik pribumi yang sadar pada proses penindasan dan penghisapan oleh Kolonialisme.
Secara substansi, dapat dikatakan bukan pada semangat Patriotisme dan Romantisme sejarah, namun lebih merupakan paralelisasi atas realita yang terjadi disatukan dengan bekal basic keaneka-ragaman pengetahuan, diselimuti jiwa yang populis / merakyat dimana orientasi adalah menggali jiwa ke-Indonesiaan guna mendapatkan kedaulatan yang penuh atas yang namanya Tanah, Air dan Udara yang itu merupakan alat pertahanan kita dalam menjaga keutuhan bumi Nusantara dari cengkeraman NEKOLIM (Neo-Kolonialisme-Imperalisme).
Bentuk-bentuk NEKOLIM yang hadir dalam perwajahan pendidikkan kita hari ini yang berupa anjuran IMF terhadap pemerintah Indonesia untuk menghapuskan subsidi pendidikan [4], yang kemudian dilegitimasi dengan kemunculan UU Sisdiknas [5], mampu membuat beberapa siswa sekolah dasar untuk bunuh diri, segerombolan siswa-siswi SMU 6 turun ke jalan dan masih banyak yang menikmati pendidikan dengan hanya bermimpi di siang bolong sebab harga pendidikan yang kian melambung tinggi setinggi langit. Kiranya semangat pendidikan kita kali ini masih sama dengan program Edukasi di Politik Etis bahwa yang dapat menikmati pendidikan hanyalah kaum priyayi. Maka bisa dikatakan bahwa mahasiswa hari ini mewakili semangat dari priyayi itu sendiri karena tidak semua bisa mengenyam pendidikan. Seperti kata seorang kawanku dari pelosok desa “buat apa menghabiskan sekian juta rupiah hanya untuk ilmu yang sebetulnya bisa kita dapatkan dengan gratis di perpustakaan-perpustakaan daerah”.
Kemudian dimanakah letak ke”maha”annya seorang mahasiswa itu? Apakah terletak di dalam megahnya almamater yang kita gunakan saat ini atau terletak dalam Ilmu pengetahuan yang kita miliki hari ini untuk mendorong perubahan sosial di dalam masyarakat?
Adalah pilihan bagi kita ketika hadir dibangku kuliah dengan orientasi mengejar nilai tanpa mampu mempararelkan dengan situasi yang terjadi, atau kita sadar bahwa bangsa ini menjadi tanggung jawab kita selaku Pemuda-Pemudi Indonesia dengan kalbu Nasionalime akan membawa pada perubahan yang didalamnya terjadi persatuan, pluralitas dan jiwa-jiwa kritis rasional.
Semoga menjadi pembacaan bagi kawan-kawan yang senantiasa mendambakan perubahan atas Tanah Nusantara seutuhnya, yang mana menjadi seorang Intelektual harus mempunyai keberpihakan pada masyarakatnya, bahwa kenyataan dan kebenaran yang sesungguhnya harus segera dikabarkan ke segala penjuru.
Semoga saya tak salah menaruh harapan ini kepada kawan-kawan semua….

“Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera,
kebenaran akan menjadi barisan depan mata dan kemuliaan Tuhan barisan belakangmu.”
(Yesaya : 58:8)

MENDIDIK RAK’JAT DENGAN PERGERAKAN
MENDIDIK PENGUASA DENGAN PERLAWANAN



.

"MENDIDIK RAKYAT DENGAN PERGERAKAN, MENDIDIK PENGUASA DENGAN PERLAWANAN"

Situasi obyektif negara yang masih diliputi oleh ketidakadilan kepada rakyat sebagai pemegang kuasa atas negara tentunya harus disikapi dengan sebuah langkah yang teratur sekaligus revolusioner. Kepemilikan atas modal dan alat produksi oleh rakyat merupakan keniscayaan yang harus segera diwujudkan.
Maka blog ini sebagai media alternatif dalam FGD (focus groups discussion) untuk melahirkan gagasan-gagasan baru untuk dipraksiskan dalam membentuk karakter bangsa demi cita-cita nasional demokrasi kerakyatan untuk menuju negara revolusioner.